AZZURI-EXIT, REDOMINASI DAN KRISIS KEUANGAN GLOBAL
Semakin
kencangnya isu azzuri-exit / Italexit
diteriak-kan menyebabkan meningkatkan skeptisme dari berbagi pihak tentang
keberlanjutan sistem mata uang tunggal euro
dan terjadinya krisis keuangan global. Jika skenario azzuri-exit terjadi, maka skenario yang mungkin terjadi di pasar
keuangan adalah investor yang menyimpan euro di bank Italia akan di redenominated ke mata uang Lira yang
telah kehilangan nilainya terhadap mata uang euro. Langkah selanjutnya adalah
investor akan memindahkan depositnya dari bank Italia ke bank kawasan euro
lainnya agar nilai depositnya tidak hilang. Dan kemungkinan terburuknya adalah
klaim surat hutang pada pemerintah Italia yang akan di redenominated ke mata uang Lira mungkin akan diarahkan klaim ke
wilayah euro lainnya. Jika skenario ini terjadi, maka dapat dipastikan krisis
di pasar obligasi pasti terjadi.
Ketika
skenario lira meninggalkan euro benar terjadi, tentu saja langkah rasional bank
sentral eropa (ECB) adalah tidak memberikan tambahan pinjaman kepada bank
sentral Italia (Banca d’Italia”). Dengan defisit keuangan Italia yang sudah
mencapai lebih dari 135% dari GDP (terbesar kedua setelah Jepang), akan sangat
kecil kemungkinan pemerintah Italia dapat membeli kembali hutangnya tanpa
bantuan dari ECB dan ini akan jadi penyebab krisis keuangan global jilid III.
Ketakutan akan terjadinya redominated mata
uang ini terlihat jelas di pasar keuangan italia pekan lalu. Hal ini terlihat
dari melonjaknya credit default swap pada
utang pemerintah jangka menengah (5 tahun). Meskipun pemilu pada bulan Maret
kemarin dimenangkan tipis oleh kubuh pro uni eropa tetapi ketidakpastian
tentang komitmen Lira tetap bergandengan euro masih sangat besar.
Meskipun
deviasi dari data keuangan pasar finansial Italia dan Uni eropa saat ini masih
belum menunjukkan terjadinya bank rush,
tetapi kemungkinan itu masih sangat terbuka lebar mengingat peringatan dari
Gubernur Bank Italia Ignasio Visco yang disampaikan pada laporan tahunan
tanggal 29 Mei 2018 : bahwa ketidakstabilan politik yang terjadi di Italia akan
meningkatkan resiko kehilangan aset yang paling berharga yaitu “kepercayaan
investor”. Kekuatiran investor akan resiko redominated
akan sangat mempengaruhi keberlanjutan dari sistem moneter eropa tunggal
(EMU).
Setidaknya
secara teori kerangka EMU saat ini memiliki tiga kekurangan yang mendasar.
Pertama, meskipun telah terjadi integrasi moneter tunggal, namun perbankan di
Eropa tetap meninggalkan PR besar terkait dengan otoritas pendanaan, skema
pendanaan bersama dan sistem common
deposit insurence. Kedua, dikarenakan hutang di beberapa negara uni eropa sudah terlalu besar, maka pasar
obligasi di satu negara uni eropa sangat rentan untuk menular ke negara uni
eropa lainnya. Ketiga dan ini yang
paling penting, uni eropa tidak memiliki mekanisme sentralisasi fiskal untuk
mengelola fluktuasi siklus bisnis di negara anggotanya. Jika skenario azzuri-exit terjadi maka langkah yang
paling mungkin untuk mencegah arus modal keluar adalah bank sentral Italia akan
menerapkan kebijakan capital control.
Namun langkah ini mempunyai resiko negatif yang sangat besar bagi pemerintah
Italia. Dengan durasi hutang pemerintah Italia yang rata-rata berumur tujuh
tahun, maka pemerintah Italia harus membayar hutangnya sebesar kurang-lebih 17%
dari PDB per tahunnya ditambah dengan beban bunga-nya. Jika jalan ini
dilakukan, maka Italia akan masuk pada kategori negara gagal dan semakin
memperparah krisis yang terjadi.
Dengan
alasan itulah, jika skenario azzuri-exit terjadi
maka bencana keuangan tidak hanya terjadi di Italia, tetapi juga di wilayah Uni
Eropa bahkan dunia. Bahkan ditengarai dengan terjadinya skenario azzuri-exit bukan tidak mungkin sistem
moneter eropa tunggal (EMU) akan bubar. Hal ini tersirat dari pernyataan wakil
gubernur bank sentral Eropa (ECB) Vitor Constancio akhir Mei 2018, yang
khawatir jika azzuri-exit benar-benar
terjadi, sedangkan EMU masih belum menyelesaikan tiga PR besar diatas dapat
dipastikan sistem EMU akan benar-benar tamat. Jika skenario EMU bubar terjadi
maka dunia mungkin akan dilanda depresiasi besar setelah tahun 1928.
Bagaimana
dengan Indonesia mengambil peluang akan hal ini ? Mungkin kita harus berpikir
lebih strategis dalam jangka panjang. Jika azzuri-exit
benar terjadi dan sistem Uni Eropa runtuh, maka Indonesia bisa mulai
melakukan langkah strategis dengan bernegosiasi ulang terkait perjanjian perdagangan
kita dengan mereka. Sebagai contoh jika azzuri-exit
maka Italia harus mendaftarkan kembali menjadi anggota WTO dan tentu saja
kita bisa manfaatkan hal tersebut untuk menata ulang perjanjian internasional
perdagangan kita terutama terkait dengan besaran tarif komoditas tekstil dan
produk tekstil dimana Italia memiliki potensi pasar yang cukup besar.
Komentar
Posting Komentar